Siapa bilang hobi Sepeda Tua adalah hoby yang mahal ???
Dengan dana pas-pasan kalo memang jodoh nggak akan lari kemana. Sebut saja namanya bang Eman salah satu anggota COC yang dengan telaten berburu dari bengkel-bengkel tua di pelosok. Membeli dengan harga murah sepeda-sepeda tua England / Belanda dengan kondisi apa adanya. Dan untuk melengkapi aksesoris sepedanya beliau berburu ke bengkel-bengkel tua ataupun menangkap dari sepeda yang sedang dikendarai orang lain.
Karena tanpa kita sadari sebenarnya sepeda yang sedang dikendarai oleh tukang sayur atau pedagang-pedagang yang masih menggunakan onthel adalah mungkin saja sepeda England atau Belanda. Tingkat keasliannyapun lebih terjaga ketimbang kita beli dari blantik sepeda (ma’af tidak semua blantik sepeda begitu hlo..). Dan yang paling penting adalah nilai historis dari sepeda tersebut. Pantesan di tas bang Eman yang selalu dibawa berisi konci2, spare part sepeda seperti pedal, standar, lampu dan dynamo Elephant, Sadel yang semuanya masih baru bikinan China. Ketika ditanya itu semua buat apa ? bang Eman pun menjawab ” Ya..ini untuk jaga-jaga kalo-kalo nemu barang bagus tetapi sepedanya masih dipakai buat cari nafkah jadi nggak mungkin to… kita beli sadelnya saja tanpa ada gantinya lalu dia mau naikin sepeda tanpa sadel ? bisa ketusuk anunya” he…he…he… dan kamipun ngakak bersama……bisa aja bang Eman.
Pernah suatu ketika bang Eman ketemu dengan pedagang Siomay yang menjajakan dagangannya memakai sepeda Simplex Cross Frame, masih lengkap cuman sudah di cat ulang. Setelah ngobrol ngalor ngidul akhirnya pembicaraan mengarah ke tawar menawar sepeda. Dengan santai si pedagang Siomay menjawab ” Saya tahu kok bang sepedaku ini sepeda mahal, sudah banyak orang yang menawar tapi aku nggak akan menjual sepeda ini, karena sepeda ini warisan dari kakek terus ke bapakku lalu sekarang menjadi milikku dan merupakan warisan turun temurun sebagai sarana mencari nafkah” Weleh… weleh…. ternyata sudah tahu barang bagus to … emang belum rejekiku, ya udah dech jaga baik2 sepeda warisan ” kata bang Eman.
Dari perburuan dengan dana pas-pasan itulah sampai sekarang dirumahnya sudah nongkrong sebanyak 7 sepeda dari berbagai merk.
Dan memang ketika kami kumpul di CitraRaya pada hari Minggu pagi tanggal 09 November 2008 kemarin apa yang diceritakan bang Eman terbukti. Ketika kami sedang mengobrol, tiba-tiba bang Emang lari dan memberhentikan seorang pedagang Kusen yang sedang mengendarai sepeda onthel. Dan kamipun langsung menghampiri. Weleh… weleh…. kejelian bang Eman dalam melihat sepeda tua memang luar biasa. Kami saja tidak ada yang tahu bahwa pedagang kusen itu memakai sepeda BSA Dames, karena memang secara fisik sepeda tersebut sudah di cat ulang warna biru dan kondisi sepedanya sudah dilas sana-sini, maklum mungkin untuk memperkuat konstruksinya supaya bisa membawa beban berat. Setelah diteliti ternyata emblem yang menempel masih utuh meskipun tertimpa dengan cat. Dan tawar-menawarpun terjadi, dan lagi – lagi kami hanya bisa bengong ketika bang Eman menawarkan sebatang rokok 234 untuk ditukar dengan emblem BSA orisinil. Tuhan maha adil,…. kalo emang jodoh … rejeki tak kan kemana.

Bang Eman (kaos putih topi coklat) memberhentikan dan memeriksa sepeda BSA pedagang kusen
Sebatang rokok ditangan, emblem dilepas…….. Setelah deal bernegosiasi, prosesi pencopotan emblem BSA dimulai dengan hati-hati.
SUMBER :https://onthelclassic.wordpress.com/category/bsa/page/2/